Daerah  

Pembangunan Talud Desa Banjarsari Tidak Transparan dan Gunakan Batu Bekas

Avatar photo
Batu lama dan batu baru disatukan untuk pembangunan talud di Desa Banjarsari, Foto : Yo

LAMPUNG SELATAN–Proyek pembangunan talud sekaligus bronjong di Dusun Karang Anyar, Desa Banjarsari, Kecamatan Way Sulan, Lampung Selatan, disinyalir menggunakan material bekas (lama) dan papan pekerjaan sengaja tidak pasang.

Salah seorang warga desa setempat (Banjarsari) yang namanya enggan dicantumkan ini meminta, agar pihak terkait yakni Pemkab Lampung Selatan, DPRD dan Inspektorat agar melakukan pengecekan terhadap pekerjaan pembangunan talud yang ada di desanya tersebut.

Pembongkaran batu talud bangunan lama

Menurutnya, pembangunan talud tersebut dikerjakan menggunakan sebagian material lama (bekas) dan pengerjaannya juga diduga tidak transparan.

“Pakai batu bekas (lama) pembuatan taludnya, dan pemasangan beronjongnya juga pakai batu keriting,”ucapnya kepada lampungterkini.id, Senin (25/9/2023).

Selain itu, lanjutnya, sejak awal hingga selesai pekerjaan, plang proyek pengerjaan bangunan talud tersebut juga tidak ada atau tidak terpasang.

“Diduga sengaja tidak dipasang (plang proyek), agar tidak diketahui masyarakat berapa nilai anggaran yang ditelan serta volume pekerjaan juga tidak ketahuan,”ujarnya.

Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Abdul Muhit saat di konfirmasi lampungterkini.id melalui sambungan telepon via WhatsApp mengakui, pembangunan talud dan bronjong lupa dipasang plang pengerjaan hingga proses pembangunan itu selesai.

“Plang pekerjaan itu ada, cuma waktu itu lupa nggak sempat dipasang,”kata dia sembari terkekeh.

Ketika disinggung terkait penggunaan batu bekas talud bangunan lama yang digunakan kembali dalam pengerjaan bangunan baru. Abdul membenarkan mengenai hal tersebut. Ia juga mengatakan, sudah satu pekan ini pekerjaan talud itu selesai.

“Talud yang roboh (ambruk) kita hancurin dan puing-puing itu kita buat lagi,”kata dia.

Ia juga mengatakan, proses pekerjaan itu, memakan waktu untuk pembongkaran puing- puing selama satu pekan. Sedangkan pemasangannya, dalam waktu tiga hari.

“Sengaja dikasih beronjong, sebab bangunan yang sudah-sudah pasti terkena banjir karena di sebelah barat itu persawahan sehingga air langsung nyodok talud. Untuk mensiasatinya, maka dipasang beronjong,”ungkapnya.

Kemudian untuk volume pekerjaan talud, panjang 12 meter, kedalaman pemasangan batunya 1,5 meter dekat gorong-gorong dan ketebalan muka sekitar 40 centimeter.

Proses pengerjaan bangunan itu, menggunakan batu belah dan batu keriting. Kalau batu keriting untuk isi dan beronjongnya, batu belah untuk pasangan atasnya.

“Untuk anggaran pembangunan talud dan beronjong, menelan dana sebesar Rp.15 Juta dan anggaran itu diluar pajak,”pungkasnya. (Yok/Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *