LAMPUNG SELATAN – Proyek peningkatan jalan rabat beton yang berlokasi di Desa Banjarmasin – Rawi Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan diduga menyalahi aturan dan disinyalir seperti proyek siluman (plang proyek seperti di tutupi).
Proyek pekerjaan rabat beton, no kontrak 103/KTR/KONS – BM/DPUR-LS-APBD-2023, nilai kontrak Rp.1.983.451.755, mengunakan dana anggaran APBD tahun anggaran 2023, dengan pelaksana CV. RINJANI ALAM PRATAMA proyek pekerjaan berlokasi di Kecamatan Penengahan.
Dilokasi proyek peningkatan jalan rabat beton, para pekerja sedang istirahat menunggu mobil armada cor beton, nampak beberapa pekerja tampak kelelahan dan lesu menunggu material yang belum datang.
Saat Lampungterkini.id menanyakan perihal masalah pekerjaan dan papan anggaran proyek, dua orang pekerja berinisial U dan S malah mengatakan keluhannya perihal masalah gaji yang tidak kunjung didapatkan.
“Hanya sebatas kasbon/pinjaman sebesar Rp300-500 ribu. Sedangkan pekerjaan ini sudah kurang lebih satu bulan berjalan, itulah keluhan yang ada pada kami pekerja saat ini,” tuturnya, Kamis (9/11/2023).
Lampungterkini.id menemui kepala tukang, Sukarno ditempat peristirahatannya (camp), saat diwawancara dia membenarkan jika dirinya belum bisa memberikan gaji pekerjanya, dia hanya bisa memberikan pinjaman.
“Kami belum mendapat bayaran dari atasannya, karena pihak dari bapak Agung selaku rekanan pemenang tender belum melakukan pembayaran kepada bos saya. Pak Agung tidak pernah turun kelokasi pekerjaan hanya adiknya aja, Satria,” ujarnya.
“Jika sampai besok saya belum dapat pembayaran, maka saya pastikan saya akan berhenti kerja,” kata Sukarno menirukan ucapan atasannya.
“Pekerjaan sudah 50% tapi belum ada pembayaran dari pihak rekanan Agung ke Bos saya,” tutur Sukarno kepada Lampungterkini.id dengan raut wajah kesal.
Lampungterkini.id menanyakan prihal papan proyek, ia mengatakan sudah terpasang tapi tidak tahu dipasang dimana, mungkin tidak terlalu nampak. Saat ditunjukan photo plang pekerjaan tampak seperti disembunyikan dihalangi ranting coklat atau daun ranting cacau yang sudah mati seperti disengaja dihalangi pohon ranting tersebut, karena itu jelas ranting ditancapkan untuk menutupi papan proyek tersebut.
“Tidak tahu menahu perihal pemasangan plang proyek tersebut, sebelumnya papan proyek pernah saya buatkan bingkai, namun saya liat juga bingkainya sudah tidak ada dan dipasang dibatang pohon seperti proyek siluman,” tutur Sukarno.
Dikatakannya, saat ini mereka masih menunggu mobil molen matrial cor yang belum datang biasanya tengah hari atau jam 11,00 WIB baru datang, akhirnya pekerjaan tersebut sampai jam 9 hingga setengah 10 malam.
“Kalau malam kami bekerja hanya mengunakan satu-dua baterai (senter) yang dipinjam dari salahsatu warga, bahkan sampai sekarang baterai tersebut belum saya pulangkan masih ada pada saya. Padahal sudah saya sampaikan pada rekanan mengenai lampu penerangan untuk pekerjaan tapi sampai hari ini belum juga ada, padahal proyek ini bukan yang bernilai kecil Ratusan Juta, melainkan Milyaran,” cetusnya. (TM)