Inovatif! Ibu-ibu Desa Suak Olah Pisang Jadi Tepung Bebas Gluten

by -948 Views

LAMPUNG SELATAN–Pisang yang identik diolah menjadi pengangan seperti keripik, pisang goreng, selai dan lainnya, ditangan ibu-ibu warga Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan ini buah pisang diolah menjadi tepung bebas gluten diberi lebel ” Tepian” sebuah produk inovatif pengganti tepung terigu.

Pisang (musa paradisiacal), salah satu komoditas hortikultura yang berpeluang tinggi sebagai bahan diversifikasi pangan, food security dan agribisnis di Indonesia. Selain itu, sebagai alternatif diversifikasi komoditas pisang dan mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu serta produk berbahan baku beras lainnya.

Terkadang, sesuatu yang spesial datang dari yang sangat sederhana seperti halnya tepung pisang ini. Selama ini, banyak orang memandang pisang hanya sebagai buah yang biasa saja.

Iis Nurmayanti (31), selaku pelaku produksi olahan pisang menjadi tepung saat ditemui menuturkan, adanya ide membuat tepung dari buah pisang ini, lantaran di desanya banyak tanaman buah pisang. Apalagi harga kebutuhan pokok di pasaran salah satunya tepung terigu, harganya naik sejak adanya pandemi Covid-19 hingga saat ini.

“Ya dari situlah muncul adanya ide, bagaimana buah pisang ini bisa diolah pengganti tepung terigu dan kebetulan saya hobi membuat olahan makanan dari tepung,”kata Iis yang juga sebagai sekretaris PKK Desa Suak kepada lampunterkini.id sembari memproses pisang menjadi tepung, Minggu (2/10/2022).

Dikatakannya, tujuan pembuatan tepung pisang ini, selain menambah nilai guna juga meningkatkan ketahanan pangan dari buah pisang.

“Baru berjalan sekitar 3-4 bulan ini membuat olahan tepung pisang. Selain bisa dijual, tepung pisang ini juga bisa dikonsumsi sendiri,”tuturnya.

Iis mengatakan, Ia bersama Ibu-ibu warga Desa Suak lainnya bisa mengolah buah pisang menjadi tepung ini, setelah dibantu mahasiswa Politeknik Negeri Lampung (Polinela) yang sudah bersedia memberikan pelatihan tentang bagaimana proses pengolahan buah pisang tersebut menjadi tepung.

Potensi peluang usaha tepung bahan baku buah pisang, kata Iis, sangat menjanjikan dan bisa mendapat penghasilan tambahan tentunya. Apalagi di desa kami (Suak) ini, memiliki tanaman pisang melimpah.

“Tepung pisang bebas gluten yang kami buat dan diberi lebel “Tepian” ini, bisa digunakan untuk formula kue dibuat olahan penganan seperti brownies, cookies, mie instan, makanan balita dan lainnya. Selain itu juga, bagus juga dikonsumsi untuk penderita diabetes dan menurunkan berat badan (diet),”ujarnya.

Menurutnya, jumlah vitamin yang terkandung dalam pisang ini lebih besar dari beras dan jagung yakni sekitar 76,92 persen Mg, sehingga tepung pisang bisa menjadi alternatif pengganti tepung terigu.

Iis mengutarakan, proses pengolahan pisang menjadi tepung terbilang sangat sederhana dan mudah dilakukan. Pertama pisang dikupas dan dipotong kecil-kecil (chip), lalu dijemur hingga benar-benar kering. Setelah kering dijemur, dihancurkan dengan cara digiling menggunakan mesin penggiling dan dihaluskan atau disaring dengan cara diayak.

“Untuk alat yang digunakan pisau, baskom, parutan atau blender atau mesin giling, alat manual ayakan dan oven atau pengering makanan rumahan (dehidrator),”terangnya.

Membuat tepung pisang dalam jumlah besar, kata Iis, bukanya tanpa kendala karena proses penjemuran yang dilakukannya masih mengandalkan sinar matahari. Jika datang musim penghujan, pengeringannya menjadi terhambat karena proses penjemurannya masih mengandalkan sinar matahari.

“Sementara ini belum memiliki mesin oven, sehingga pisang yang sudah dipotong-potong tidak bisa kering. Kedepan, pastinya kita butuh mesin oven agar proses pengeringan tidak sulit lagi terkendala cuaca,”ucapnya.

Jumlah bahan yang digunakan untuk membuat tepung pisang, sebanyak 11 tandan atau 55 sisir buah pisang dan beratnya sekitar 53 kilogram. Pisang yang digunakan, jenis pisang janten dan kepok yang belum terlalu matang atau teksturnya masih keras. Dalam sehari, bisa memproduksi tepung pisang sekitar 50-70 kilogram.

“Kami jual tepung pisang ini Rp.35 ribu per kilogramnya, harga itu sudah melalui survei harga dipasaran dan juga biaya produksi,”kata dia.

Sementara mengenai izin produksi tepung pisang, lanjut Iis, telah memenuhi segala persyaratan untuk mendapat ijin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Lampung Selatan.

“Tinggal menunggu dikeluarkan dari pihak Dinkes mengenai ijin PIRT tersebut,”ungkapnya.

Ia menambahkan, adapaun pesanan tepung pisang hasil olahan Ibu-ibu PKK Desa Suak, yakni dari dalam daerah (Lampung Selatan) dan sekitarnya dan ada juga dari luar daerah Lampung.

“Kami sudah mendapat pesanan dari Paluma Nusantara di Yogyakarta, jumlah pesanan sebanyak 50 kilogram tepung pisang,”pungkasnya.

Pemasaran Secara Online di Market Place

Sementara Kepala Desa (Kades) Suak, Juli  Wahyudin mengaku sangat mendukung karya inovatif olahan tepung pisang yang dilakukan warga desanya yakni ibu-ibu kader PKK tersebut. Ditambah lagi tanaman pisang sebagai bahan baku untuk mebuat tepung yang ada di desanya memang melimpah.

“Sempat terlintas dalam pemikiran, buah pisang ini bisa nggak diolah menjadi bahan lainnya. Setelah mendapat pelatihan dari Kampus Polinela, buah pisang ini bisa dibuat tepung pengganti tepung terigu dari beras,”kata Kades Juli.

Menurutnya, pelatihan itu bertujuan untuk memberikan wawasan kepada warga mengenai olahan buah pisang agar memiliki nilai guna lebih.

“Kandungan gizi buah pisang, turut melatarbelakangi dibuatnya tepung pisang yang bergizi,”ujarnya.

Mengenai modal awal pengolahan buah pisang menjadi tepung ini, lanjut Kades Juli, menyiasati dengan cara swadaya karena memang belum masuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Desa Suak. Selain dibantu Polinela mengenai pengolahannya, juga dibantu dari Paluma Nusantara terkait alat atau mesin penggilingan tepungnya.

“Awal proses produksi tepung pisang ini dari swadaya. Melihat tepung pisang hasil olahan warga kami betul-betul potensial, tahun depan (2023) akan saya masukkan program ini dalam bidang pemberdayaan desa serta BUMDes,”ungkapnya.

Mengenai pemasaranya, Kades Juli mencoba mengerahkan pemasarannya dengan membentuk tim. Sehingga pemasaran bisa dilakukan secara online dimarket place seperti Shopee, Tokopedia maupun media sosial lainnya. Ia berharap, produk tepung pisang “Tepian” bebas gluten hasil olahan warganya bisa diterima dan dikenal masyarakat luas.

“Harapannya, produk inovatif tepung pisang ini mudah-mudahan bisa diminati para konsumen juga laris dipasaran dan mendatangkan manfaat tambahan penghasilan,”tandasnya. (Jalu/Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.