Seni Rupa dari Benang dan Paku “String Art” Karya Mbah Surip

by -1501 Views
Mbah Surip menunjukan seni rupa string art susunan paku dan kaitan benang hasil karyanya kepada lampungterkini.id di kediamannya di Jalan Pandmosari lingkungan RT 11, Dusun Padmosari 2, Desa Haduyang, Natar, Lampung Selatan yang dijadikan sebat tempat galeri string art. (Foto : Heri lampungterkini.id)

LAMPUNG SELATAN–Ada sekitar 200-an lebih karya seni rupa string art yang sudah dibuat Mbah Surip pegiat seni rupa string art langka asal Lampung. Ditangan pria 45 tahun ini, susunan paku dan kaitan benang ternyata mampu menjadi karya seni yang menakjubkan. Seni rupa string art benang dan paku ini, tak bisa dipandang sebelah mata.

“Galery Mbah Surip”, begitu Surip memasang papan nama tepat di depan rumahnya yang terletak di Dusun Padmosari 2, Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Di galery miliknya itu, dia memajang sejumlah karya seni rupa string art yang dibuatnya sejak enam tahun terakhir.

Beberapa karya seni rupa string art yang telah dibuatnya seperti wajah 7 Presiden Indonesia pertama Ir. Soekarno hingga sekarang berukuran 61×61 centimeter. Kemudian gambar Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J Habibie) dengan ukuran 100×1,20 centimeter. Gambar tersebut, menghabiskan paku sekitar 4.000 ribu, benang warna sebanyak satu lusin dan proses penggarapannya selama dua minggu.

Selain itu juga, sketsa wajah Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan dan Putri Indahsari Tanjung. Lalu Walikota Bandarlampung, Eva Dwiana dan masih banyak lagi karya string art tokoh lainnya yang telah dibuat Mbah Surip di kediamannnya. Selain itu, Mbah Surip juga telah membuat karya seni rupa string art musisi tanah air seperti Aril Noah, D’Begindas dan Hijau Daun.

“Ukuran rata-rata string art yang paling banyak saya buat itu ukuran 61×61 centimeter, dan lingkaran media gambarnya diameter 58 centimeter,”kata Mbah Surip kepada lampungterkini.id.

Ia mengatakan, untuk membuat satu karya string art menggunakan bahan satu warna benang, dirinya membutuhkan waktu selama satu minggu mulai bahan dasar dari nol. Sementara kalau hanya tinggal merajut benangnya saja, satu hari sudah selesai.

Salah satu karya seni rupa string art yang telah dibuat dan diserahkannya secara langsung, kata Mbah Surip, yakni sketsa wajah Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim (Nunik) dan itu ia serahkan di acara Seniman Lampung Peduli (Selpi) di Elephant Park Bandarlampung September 2019 lalu.

Kemudian, string art proses pengolahan biji kopi El’s Coffee Roastery Bandarlampung. Gambar string art yang dibuatnya tersebut, terbilang cukup besar yakni berukuran 2×5 meter dengan bobot beratnya 180 Kg.

“Karya paling sulit dan menantang selama menekuni seni string art, buat gambar proses pengolahan biji kopi El’s Coffee Roastery. Bahan benangnya, habis 19 lusin dan pakunya habis 45 ribu. Selama empat bulan karya string art El’s Coffee Roastery itu saya selesaikan dibantu sama istri,”ujarnya.

Saat disinggung mengenai harga untuk satu karya seni rupa string art yang dibuatnya, awalnya Mbah Surip enggan mengungkapkannya. Namun karya seni rupa string art tersebut, telah dipasarkan di luar Provinsi Lampung seperti Palembang, Medan, Kalimantan dan Pulau Jawa.

“Jujur saja, bukan nilai rupiah yang saya kejar. Tapi rasa kepuasan yang tidak bisa dinilai dengan rupiah meski seni itu sebenarnya mahal. Yang jelas, dalam berkarya saya tetap komitemen memberikan yang terbaik dari karya itu.”ucapnya.

Mbah Surip pun akhirnya membeberkannya, jika karya string art miliknya untuk per satu centimeter dihitung dengan Rp 500,-. “Paling murah harganya sekitar Rp 2 juta, dan paling mahal mencapai puluhan juta.”terangnya.

Melalui karya seni rupanya itu, cita-cita atau keinginan besar Mbah Surip yakni membuat rumah singgah khusus penyandang disabilitas di Lampung yang diberi nama “Omah Kedib” (Omah Keluarga Disabilitas Berkarya). Filosofi dari Omah Kedib khusus disabilitas ini, yakni sebuah kesetaraan.

Selain itu, Mbah Surip juga membuatkan string art gambar gedung RS Imanuel. Ia memberikan karya tersebut, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dirinya dan istrinya merayakan 100 hari anak ketiganya bernama Imam Chandra yang berusia 8 tahun sebagai penyandang disabilitas Cerebral Palsy (CP) yang di semen kakinya di RS tersebut oleh dokter Turman.

“Satu minggu karya string art itu saya buat, dan sudah saya serahkan tanggal 24 September 2021 lalu. Kami sangat berterima kasih sekali dengan dokter turman dan pihak RS Imanuel, sudah memberikan pelayannan terbaik kepada anak saya Imam Chandra,”ungkapnya.

Pengobatan anaknya sebagai penyandang disabilitas cerebral Palsy (CP) di RS Immanuel, kata Mbah Surip, dalam seminggu Chandra harus dilakukan kontrol, lalu per tiga minggu sekali dilakukan bedah ganti gif dan dilakukannya seperti bedah besar.

“Sudah empat kali anak saya Chandra dilakukan bedah di RS Imanuel, rencanya dalam waktu dekat ini akan dilakukan bedah yang kelima yakni rilif atau pemasangan gif untuk Cerebral Palsy (CP),”tandasnya.

Merawat anak bangsa termasuk didalamnya adalah penyandang disabilitas, merupakan tanggungjawab negara. Namun peran serta pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten), dirasa belum maksimal dalam membantu dan melindungi hak anak serta memberdayakan kaum perempuan dan kaum disabilitas.

“Sampai saat ini, belum ada dorongan maupun perhatian serius baik itu dari Pemprov Lampung maupun Pemkab Lampung Selatan untuk mensupport kegiatan anak-anak penyandang disabilitas,”kata Mbah Surip.

Mudaha-mudahan, karya string art anak-anak disabilitas tersebut bisa kita bawa ke pemerintah pusat dan semoga mau membantu meneruskan pondasi yang telah dibangun, minimal anak-anak disabilitas yang sudah dewasa seperti Sinta agar karyanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Hari penyandang disabilitas Cerebral Palsy (CP) Ini, merupakan momentum bagi pemerintah dalam mengambil perannya untuk memfasilitasi karya seni anak anak penyandang disabilitas,”ungkapnya.

Saat disinggung apakah Pemerintah daerah (Lamsel) tidak merespon kegiatan serta hasil karya anak-anak penyandang disabilitas tersebu. Mbah Surip menuturkan, Saat itu Ia pernah bertemu langsung dengan Bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto dan beliau sempat menegur jajarannya (Camat).

“Saat itu saya bilang sama beliau (Pak Nanang), kalau keseharian saya fokus sama anak disabilitas CP selain terhadap anak saya sendiri juga terhadap anak penyandang disabilitas CP lainnya,”terangnya.

Pada saat itu, Pak Nanang meminta dirinnya untuk dibuatkan dua tokoh PDI Perjuangan yakni Megawati Soekarno Putri dan Puan Maharani untuk dijadikan cinderamata. Oleh dirinya, dibuatkan empat gambar sekaligus yakni Fatmawati, Megawati Soekarno Putri, Puan Maharani dan Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari.

“Empat gambar string art itu sudah diserahkan ke Pak Nanang belum lama ini, dan diapresiasi meski dibawah harga bahan. Meski demikian, saya dan istri tetap mensyukuri,”tandasnya. (Her/Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.