Siswa Menahan Rindu Sekolah Tatap Muka di Masa Pandemi Covid-19

by -992 Views
Beberapa siswa SDN 1 Sidomulyo saat mengerjakan tugas sekolah secara daring (online) di salah satu rumah siswa di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, Minggu (22/8/2021).

LAMPUNG SELATAN–Rasanya tak ada perbedaan pada pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) pada tahun ajaran baru 2021 di Provinsi Lampung dan khususnya di Kabupaten Lampung Selatan, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, SD, SMP, SLTA hingga perguruan tinggi harus melaksanakan pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online.

Tidak dipungkiri, akibat pandemi Covid-19 semua kegiatan masyarakat dibatasi termasuk pembatasan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring (online) guna menekan penyebaran virus corona (Covid-19).

Kerinduan belajar tatap muka terus mengalir, karena kebanyakan siswa mulai jenuh dan berharap situasi pandemi Covid-19 segera berakhir dan kembali normal seperti dulu.

Setahun lebih, yakni sejak Maret 2020 situasi pandemi Covid-19 meniadakan semua kegiatan di sekolah. Keseruan belajar disekolah berganti menjadi daring (online). Tak terlihat lagi kehangatan dan keakraban yang terbangun oleh siswa, karena interaksi antara siswa dengan guru kini terjadi melalui dunia maya.

Kini ketika mendapat kesempatan belajar jarak jauh dari rumah setelah pandemi Covid-19 melanda negeri ini sejak Maret 2020 lalu hingga tanpa batas waktu yang pasti, membuat banyak siswa merasakan kebosanan. Mereka rindu sekolah, rindu teman-teman, rindu ruangan kelas dan rindu dengan gurunya.

Meski kerinduan belajar tatap muka itu tak terbendung, kegiatan sekolah secara daring atau jarak jauh menjadi pilihan terbaik hingga saat ini demi terlindunginya siswa dari paparan Covid-19.

Keputusan itu terpaksa harus dijalani, baik itu pihak sekolah, guru, siswa hingga orangtua siswa harus menerimanya. Meskipun tak jarang berbagai kendala pembelajaran daring, masih kerap ditemukan.

Seperti diungkapkan Reja (13), pelajar kelasa VI SDN 1 Sidomulyo Lamsel kepada lampungterkini.com ini mengaku bosan dan menginginkan belajar tatap muka kembali. Ia dan teman-temannya, sudah rindu sekali memakai seragam sekolah dan kembali ke bangku sekolah belajar disekolah seperti dulu.

“Kangen pergi ke sekolah dan belajar di sekolah. Kami berharap, kapan belajar tatap muka dibolehkan lagi karena sudah kangen belajar tatap muka,”ucapnya, Minggu (22/8/2021).

Belajar sendiri dirumah dan secara daring kurang serius, karena hasilnya lebih maksimal belajar tatap muka. Menurutnya, terkadang ia belajar kelompok yang di pandu sama guru, dengan maksimal 8 orang dari 27 siswa kelas Vl SD.

“Kalau belajar sama guru kan lebih fokus, pelajaran yang tidak paham bisa bertaya. Kalau belajar sendiri di rumah, mau taya sama siapa kalau tidak tahu. Seperti belajar daring matematika belum lama ini, kami dapat nilainya 0 semua karna rumit dan juga gak paham cara mengerjakannya,”kata dia.

Sementara salah satu siswa SMAN 1 Sidomulyo, Virgiawan mengatakan, tak ada yang dirasa berbeda dibandingkan penyelenggaraan tahun ajaran baru dari tahun sebelumnya dan juga sekarang ini.

Dia mengaku, sejak ia masuk menjadi siswa didik baru di SMAN 1 Sidomulyo tahun ajaran 2020 hingga saat ini naik ke kelas XI, sama sekali belum pernah merasakan belajar tatap muka karena situasi pandemi Covid-19 melanda negeri ini dan khususnya Lampung Selatan.

Apalagi, Lampung Selatan belum lama ini masuk 7 daerah berstatus zona merah penyebaran Covid-19 dan menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4, membuat pelajar di Lampung Selatan lagi-lagi tertunda untuk belajar tatap muka.

“Ingin sekali sekolah belajar tatap muka, begitu juga dengan teman-teman saya lainnya. Karena sejak masuk menjadi siswa didik baru di SMAN 1 Sidomulyo hingga sekarang ini, sama sekali belum pernah belajar tatap muka. Bahkan baju seragam sekolah dan lainnya pun, belum pernah terpakai sampai saat ini,”kata siswa kelas XI MIPA 2 ini.

Menurutnya, Ia memilih kelas tatap muka di sekolah ketimbang daring (online), karena belajar daring tidak bisa fokus. Selain itu, Ia mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang diberikan guru, belum lagi kelas daring kurang interaktif lalu cenderung satu arah  dan juga banyak pekerjaan rumah.

“Guru kasih materi, tapi tidak ada penjelasan secara rincinya bagaimana cara mengerjakannya. Selang beberapa menit kemudian, memberikan soal dan itulah yang menjadi kendala kesulitan kami belajar daring,”ujarnya.

Tapi kalau kasus penyebaran Covid-19 di Lampung dan khususnya Lampung Selatan ini belum juga reda, Ia memilih lebih baik belajar di rumah saja dan mengikuti aturan yang ada dan sudah ditentukan oleh pemerintah demi kebaikan bersama karena kesehatan itu memang lebih penting.

“Saya dan teman-teman ikut saja aturan yang memang sudah ditetapkan, meski kami ingin sekali kapan belajar di sekolah bisa aktif lagi. Jangan-jangan sampai lulus sekolah nanti kami tidak belajar tatap muka, dan kami menjadi siswa lulusan sekolah SMA Covid-19,”pungkasnya.

Selain siwa, banyak juga orang tua murid di Lampung Selatan yang mendukung kebijakan pemerintah pusat memberikan penentuan keputusan kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Tentu, hal itu haruslah didukung dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes) ketat di sekolah.

“Saya mendukung dilakukan belajar tatap muka, sebenarnya saya kasihan sama anak karena belajar daring dirumah sudah jenuh dan terkadang enggan mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Akibatnya, ibunya yang harus mengerjakan tugas tersebut meski hasilnya tidak maksimal,”kata Slamet, orangtua salah satu siswa di Kecamatan Sidomulyo ini.

Pria yang bekerja sebagai buruh serabutan ini, mengaku kesulitan mendampingi anaknya belajar daring dirumah karena ia harus bekerja hingga satu hari penuh. Selain itu, lantaran banyak pelajaran yang tidak dimengerti ditambah lagi karena keterbatasan penguasaan gawai (ponsel) dan kuota internet menjadi kendala dirinya.

“Agak kesulitan kalau anak belajar dirumah, karena mulai dari pagi sampai petang saya harus bekerja. Apalagi pelajaran sekolah SD sekarang ini lebih sulit, banyak pelajaran dan tugas yang harus diselesaikan dengan anak lewat handphone yang saya sendiri kurang begitu paham menggunakannya,”ujarnya.

Untuk itu, Ia mendukung sekolah dibuka kembali untuk kegiatan belajar mengajar secara tatap muka, asalkan disiplin sesuai anjuran pemerintah menerapkan Prokes guna mencegah penularan virus corona.

Dikatakannya, sebelumnya simulasi kegiatan belajar tatap muka pernah dijalani, meskipun hal itu tidak ada kelanjutannya. Ia juga menyoroti kebijakan yang ada, seperti vaksinasi masal, lalu pasar dan warga yang mengambil bantuan di kantor pos mengakibatkan kerumunan dan tak jarang mereka membawa anaknya.

“Jadi tidak hanya sekolah saja, pemangku kebijakan perlu mengkaji mengenai hal-hal itu karena bisa saja itu menimbulkan kluster baru penyebaran Covid-19,”tandasnya. (Met/Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.