BUMDes ‘Mekar Jaya’ Desa Sidomekar Lamsel Kembangkan Inovasi Produksi Kaus Kaki

by -723 Views
Warga Desa Sidomekar, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, saat bekerja di 'pabrik kaus kaki' BUMDes 'Mekar Jaya' Desa setempat, Rabu (7/4/2021).

LAMPUNG SELATAN—Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ‘Mekar Jaya’ Desa Sidomekar, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, berinovasi dalam pengembangan usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan memproduksi kaus kaki yang dikerjakan oleh tenaga kerja masyarakat desanya sendiri dengan harga ekonomis.

Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci Desa Sidomekar menjalankan BUMDes,  dan menjadi contoh nyata BUMDes di Lampung Selatan dalam pengelolaan unit usaha industri kreatif di tingkat desa.

BUMDes ‘Mekar Jaya’ dalam pengembangan usaha pembuatan kaus kaki, merupakan praktik inovasi desa yang patut diajungi jempol. Desa Sidomekar, menjadi satu-satunya desa di Kabupaten Lampung Selatan dan di Provinsi Lampung yang memproduksi kaus kaki atau bisa juga disebut sebagai kampung kaus kaki.

Langkah inovasi Desa Sidomekar patut menjadi contoh atau referensi bagi desa-desa lainnya di Lampung Selatan agar mampu membuat program pemberdayaan ekonomi dalam pengembangan unit usaha kreatif masyarakat desanya melalui BUMDes.

Pengelola unit usaha BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini, memiliki pengalaman dalam pembuatan kaus kaki. Salah satunya adalah Pardiyono, warga desa setempat yang juga merupakan pengurus BUMDes ‘Mekar Jaya’ dan memiliki keahlian serta pengalaman ketika bekerja di sebuah perusahaan atau pabrik pembuatan kaus kaki di DKI Jakarta.

Pardiyono, teknisi sekaligus pengurus BUMDes ‘Mekar jaya’ saat melakukan pengerjaan proses perajutan kaus kaki, Rabu (7/4/2021).

Pengurus BUMDes ‘Mekar Jaya’, Pardiyono (45) yang memiliki keahlian serta pengalaman ketika bekerja di sebuah pabrik pembuatan kaus kaki di Jakarta kepada lampungterkini.id mengatakan, proses awal pembuatan kaus kaki, yakni mulai dari bahan baku benang yang dirajut menggunakan mesin rajut kaus kaki.

Setelah dirajut, proses pembersihan benang dan dipotong sesuai ukuran atau bentuk kaus kaki. Setelah itu di obras dan di sum, lalu proses pengopenan dengan memasukkan masing-masing kaus kaki tersebut ke dalam cetakan kaleng alumunium yang sudah berbentuk.

“Proses pengopenan dilakukan, agar membentuk kaus kaki dan proses ini membutuhkan waktu selama 30 menit. Setelah pengopenan selesai, kaus kaki sudah siap dikemas (packing) dan dipasarkan,”ujarnya, Rabu (7/4/2021).

Pardiyono, salah satu motor penggerak ‘pabrik kaus kaki’ BUMDes Desa Sidomekar memberikan keterangan terkait proses pembuatan kaus kaki.

Sementara alat pengopenan yang digunakan, kata Pardiyono, memang sangatlah sederhana yang dibuat secara manual menggunakan besi yang dibentuk kotak dan sekelilingnya ditutup bahan alumunium, lalu proses pengopenannya juga dipanggang menggunakan kompor gas.

“Ada enam orang pengurus BUMDes ‘Mekar jaya’ ini. Untuk memenuhi jumlah pesanan yang diminta, berapun kami siap produksi kaus kaki tersebut,”kata dia.

Menurutnya, jenis atau motif pesanan kaus kaki yang diproduksinya, selain untuk umum yakni untuk pelajar sekolah SD, SMP, SMA dan mayoritas warnanya hitam putih dan hitam polos yang dibuatnya.

“Pemesannya baru lokalan saja mas, ya seputar Kecamatan Katibung ini saja. Untuk jumlah pesanan, ada yang 25 lusin hingga 100 lusin dan proses pengerjaannya satu minggu sudah selesai. Mengenai harga, untuk kaus kaki SD dijual Rp 35 ribu/lusin, SMP Rp 37 ribu/lusin dan SMA Rp 40 ribu/lusin,”ungkap pria yang pernah bekerja di pabrik pembuatan kaus kaki di Jakarta sejak tahun 1993 hingga tahun 2000 ini.

Mengenai kendala, lanjut Pardiyono, hanya pemasaran atau penjualannya saja karena baru dipasarkan sekitar lokalan saja yakni Kecamatan Katibung. Kendala lainnya karena dampak Covid-19 sekarang ini, akibatnya beberapa kodi kaus kaki yang sudah diproduksi dan siap dipasarkan masih belum terjual.

“Kaus kaki yang sudah dibuat dan siap dipasarkan itu ada sekitar 6 karung, akibat pandemi Covid-19 ini pemasarannya jadi terkendala. Kalau ada kerusakan mesin rajut kaus kaki, alhamdulillah saya bisa memperbaikinya dan sparepartnya juga ada yang menjualnya,”pungkasnya .

Kaus kaki hasil produksui BUMDes ‘Mekar Jaya’ Desa Sidomekar siap dipasarkan.

Kepala desa (Kades) Sidomekar, Suparyanto (42) atau yang akrab disapa Supar mengatakan,kaus kaki yang di jual atau dipasarkan di BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini, merupakan hasil produksi sendiri yang dikerjakan oleh tenaga kerja masyarakat desanya.

“Kaus kaki ini hasil produksi masyarakat desa kami sendiri melalui unit usaha BUMDes, kami juga terus berupaya untuk menambah penghasilan BUMDes dengan memproduksi kaus kaki,”kata Supar kepada lampungterkini.id.

Produksi kaus kaki hasil inovasi BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini, kata Supar, diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat desanya dan dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat karena harga kaus kaki yang di produksi itu terbilang murah. Selain dijual ke masyarakat desa (perorangan), juga dipasarkan ke sejumlah sekolah-sekolah  dan toko pakain di Kecamatan Katibung.

“Ya masih lokalan di Kecamatan Katibung ini saja untuk penjualannya. Banyak juga dari pihak sekolah, pemilik toko dan perorangan yang datang sendiri ke BUMDes untuk membeli langsung. Awal produksi, kami kesulitan bagaimana pemasarannya, tapi kami terus mencobanya perlahan-lahan,”ujar Kades yang baru menjabat 1 tahun 6 bulan ini.

Kepala desa (Kades) Sidomekar, Suparyanto memberikan keterangan mengenai BUMDes “Mekar Jaya’, Rabu (7/4/2021).

Meski hasil produksi kaus kaki BUMDes belum banyak dikenal ke sejumlah wilayah di Lampung Selatan dan Provinsi Lampung, kata Supar, namun pihaknya akan terus berupaya untuk terus produksi kaus kaki hasil inovasi masyarakat desanya meski perlahan tapi pasti.

“Kalau untukmencakup Lampung Selatan atau  ke luar daerah lainnya di Lampung, sementara belum. Rencana kedepan sudah ada, dan kami akan mencoba kerjasama dengan pihak sekolah-sekolah lainnya di Lampung Selatan,”tuturnya.

Supar mengutarakan, mulai dijalankannya BUMDes ‘Mekar Jaya’ dengan produksi kaus kaki, pada akhir tahun 2019 atau saat awal dirinya menjabat sebagai Kades Sidomekar pada bulan Agustus 2019 lalu.

“Sebelumnya sudah ada namun belum berjalan. Saat saya dapat amanah dari masyarakat dan dipercaya menjabat sebagai Kades, BUMDes ini saya gerakkan lagi dengan inovasi usaha produksi kaus kaki,”kata alumnus SMK Yaditama Sidomulyo 1998 ini

Untuk pengadaan alat atau mesin rajut kaus kaki ini, lanjut Supar, dibelanjakan menggunakan anggaran Dana Desa (DD) senilai Rp 144 juta, seperti  4 unit mesin rajut kaus kaki, satu unit mesin obras, satu unit mesin open sum, satu unit alat pengopenan, bahan baku benang serta lainnya.

“Tahap awal November 2019, dana yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin rajut kaus kaki sebesar Rp 98 juta. Saat saya menjabat Kades, saya lanjutkan program itu dengan melengkapi alat dan bahan-bahan baku pembuatan kaus kaki sebesar Rp 46 juta,”terangnya.

Dikatakannya, mengenai pengadaan bahan baku, pengerjaan kaus kaki, pemasaran serta pengelolaan lainnya, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada pengurus BUMDes ‘Mekar Jaya’ yang sudah dibentuk tersebut.

“BUMDes inikan badan usaha dari masyarakat untuk masyarakat, saya minta kepada pengurus BUMDes untuk wajib menerapkan 3 T (Tekun, Terus berkarya dan Tertib Manajemen pengurus dan anggota) dan ini perlu dilakukan agar BUMDes ini dapat terus berkelanjutan,”ucapnya.

Mengenai kendala, Supar mengakui yakni di pemasaran atau marketing penjualan. Apalagi sekarang ini karena situasi pandemi Covid-19, pemasarannya menjadi terhambat.

“Sebelum ada wabah virus Covid-19, kaus kaki yang sudah diproduksi masih bisa dipasarkan,”kata dia.

Harapannya, produksi kaus kaki yang dikelola BUMDes “Mekar Jaya ini, dapat terus memproduksi. Maka dengan begitu, dapat meningkatkan penghasilan ekonomi masyarakat desanya dan akan ada lapangan kerja baru di Desa Sidomekar, Kecamatan Katibung yang dipimpinnya sekarang ini.

“Pengangguran memang jadi masalah kami sebelum akhirnya membuat BUMDes ‘Mekar Jaya’ ini yang membuat kaus kaki. Ya kalau pesenan banyak, pastinya ekonomi masyarakat desa pun meningkat dan pastinya butuh pekerja yang banyak juga,”ungkapnya.

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan, Desa Sidomekar ini menjadi satu-satunya Kampung kaus kaki yang ada di Provinsi Lampung dan khususnya di Kabupaten Lampung Selatan.

Inovasi produksi kaus kaki yang dikelola oleh BUMDes ‘Mekar Jaya’, tidak lain untuk mensejahterakan warganya melalui konsep satu desa satu produk atau satu desa satu perusahaan. Supar pun berharap, Pemkab Lampung Selatan  melalui instansi terkait dapat membantu mempromosikan produk inovasi kaus kaki di desanya yang dekolela oleh BUMDes ‘Mekar Jaya’ tersebut.

“Saya meyakini, masyarakat desa kami akan tetap betah di desa dan tidak perlu lagi merantau ke kota besar mencari pekerjaan atau bekerja di pabrik, karena lapangan pekerjaan sudah ada di Desa tempat mereka tinggal,”jelasnya.

Dia menambahkan, progres awal Ia menjabat Kepala desa (Kades) Sidomekar, melanjutkan program BUMDes dan itu sudah dijalankan. Lalu pembanguan jalan rabat beton meenggunakan DD, dan ada lima Dusun yang sudah diselesaikan pembangunannya tahun 2020 lalu saat awal Ia menjabat sebagai Kades.

Selain itu juga, beberapa kegiatan lainnya seperti siskamling, bersih dusun atau gotong royong, kegiatan kepemudaan seperti olah raga, karang taruna dan kegiatan lainnya yang sempat fakum diaktifkan lagi.

“Sekarang ini akibat dampak pandemi Covid-19,anggaran  DD banyak dialihkan untuk penanggulangan Covid-19. Jadi progres kedepan, selain meningkatkan pemasaran juga memikirkan tempat sebab tempat produksi kaus kaki ini masih menumpang sementara di rumah pengurus BUMDes,”tandasnya. (Her/Met/Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.