Rasa Syukur dan Lestarikan Warisan Budaya, Nelayan Desa Suak “Ruwat Laut” Berlangsung Meriah

by -794 Views
Nelayan Desa Suak saat prosesi budaya adat ‘Ruwat Laut’ membawa kepala kambing dan bahan lainnya yang akan dilarungkan ketengah lautan di Pantai Keramat. (Foto; Slamet)

LAMPUNG SELATAN-Kelompok Nelayan Bahari warga Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, menggelar acara adat nelayan ‘Ruwat laut’ sebagai ungkapan rasa syukur yang rutin dilakukan setiap tahunnya dan dipusatkan di Pantai Keramat berlangsung meriah, Sabtu (25/1/2020).

Prosesi budaya adat kegiatan tahunan nelayan yang sebelumnya dikenal ‘Ruwat Laut’ ini, akan berganti menjadi ‘Festival Bahari’ namun tidak berpengaruh terhadap urutan prosesinya dan sejumlah acara akan digelar untuk melestarikan warisan budaya serta mewujudkan Desa Suak menjadi Destinasi Wisata.

Acara tersebut, dihadiri Camat Sidomulyo, Rendy eko Supriyanto, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Selatan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lampung Selatan, DPD HSNI Provinsi Lampung, beberapa Kepala desa (Kades) Kecamatan Sidomulyo serta para tokoh adat, tokoh agama dan tokoh pemuda Desa Suak.

Pantauan dilokasi, gelar acara ‘Ruwat Laut’ ini, menarik banyak perhatian ratusan warga, baik orang tua maupun anak-anak dari beberapa desa di Kecamatan Sidomulyo seperti Desa Banjarsuri, Sukabanjar, Siringjaha dan Budidaya. Mereka datang berbondong-bondong ingin melihat prosesi kegiatan, bahkan warga begitu antusias menyaksikan kegiatan ‘Ruwat Laut’ tersebut.

Warga antusias saat menyaksikan prosesi ‘Ruwat Laut’ yang digelar di Pantai Keramat Suak. (Foto; Slamet)

Dalam ‘Ruwat Laut’ tersebut, diikuti sekitar 200 nelayan lokal yang tergabung dalam kelompok Nelayan Bahari Desa Suak. Selain dihadihari kelompok nelayan lokal, acara tersebut juga dihadiri beberapa orang nelayan dari kelompok Nelayan Telukbetung, Bandarlampung. Mereka berpartisipasi dalam acara adat ‘Ruwat Laut’ tersebut yang tergabung dalam Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI).

ada sekitar satu Jolen yang dikirab atau diarak oleh warga dan pemangku adat desa setempat, untuk dibawa menuju ke pesisir pantai Keramat. Kemudian bahan yang akan dilarungkan ke laut, dipindahkan ke kapal nelayan yang telah disiapkan untuk dilarung ketengah lautan di pantai Keramat tersebut.

Warga antusias saat menyaksikan prosesi ‘Ruwat Laut’ yang digelar di Pantai Keramat Suak. (Foto; Slamet)

“Kegiatan yang dipusatkan di pantai Keramat ini, sebenarnya merupakan kegiatan adat nelayan ‘Ruwat Laut’ yang rutin dilakukan setiap tahunnya meski hanya dilakukan ala kadarnya mengadakan syukuran doa bersama,,”Kata Kepala Desa Suak, Juli Wahyudin kepada lampungterkini.com saat ditemui seusai acara ‘Ruwat Laut’, Sabtu (25/1/2020).

Ruwat Laut Akan Berganti Menjadi Festival Bahari

Menurutnya, acara ‘Ruwat Laut’ yang selama ini dilakukan, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur para nelayan dimana hasil laut tersebut selama ini selalu mereka ambil terus. Bentuk tujuan lainnya, yakni menjalin persaudaraan antar nelayan serta memotivasi warga karena potensi laut di Desa Suak ini harus dikembangkan untuk menjadi objek wisata.

“Kami selaku Pemerintah desa, kegiatan ‘Ruwat Laut’ ini, kedepannya akan berganti nama menjadi ‘Festival Bahari’ dan pada kegiatan tersebut nantinya akan dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah event menarik di Desa Suak,”ujarnya.

Pada acara ‘Festival Bahari’ tersebut juga, kata Juli Wahyudin, akan diadakan kesenian, kebudayaan dan lainnya yang ditampilkan. Sehingga ‘Festival Bahari’ ini, bisa mengikat kerukunan dan persaudaraan antar nelayan di Desa Suak dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan.

Dikatakannya, upacara adat “Sedekah Laut” yang menjadi bagian dari kegiatan “Festival Bahari”, dapat menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan.

“Jadi upacara adat ‘Ruwat Laut’ yang akan menjadi ‘Festival Bahari yang akan mulai digelar tahun depan, akan kita jadikan kegiatan even rutin tahunan dan pastinya akan menjadi kembanggaan khususnya para nelayan yang ada di Desa Suak. Selain itu juga, dapat menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan dari luar daerah,”

Kepala Desa Suak, Juli Wahyudin saat berikan keterangan mengenai ‘Ruwat Laut’ sebagai prosesi budaya adat kegiatan tahunan Kelompok Nelayan Bahari Desa Suak. (Foto; Slamet)

Sementara perwakilan dari DPD Himpinan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Lampung, Husairi Suwandi mengatakan, pihaknya sangat mensupot kegiatan adat Kelompok Nelayan Baharu Desa Suak ‘Ruwat Laut’ ini. Apalagi kedepannya, acara tersebut akan dikemas lebih menarik lagi berganti nama menjadi ‘Festival Bahari’ yang dipelopori Kepala Desa bersama Kelompok Nelayan Bahari Desa Suak.

“Desa Suak ini sendiri, bukan hanya sebagai perikanan tangkapnya saja yang berpotensi. Akan tetapi potensi alamnya juga, sangat mendukung untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata melalui kegiatan ‘Festival bahari’,”ujarnya.

Menurutnya, Kelompok Nelayan Bahari di Desa Suak ini, termasuk masih dalam kategori nelayan kecil karena kapasitas kapalnya yang digunakan, masih dibawah 7 GT.

“Nelayan ini banyak jenisnya, dibedakannya dari jenis tersebut yakni dari alat tangkapnya. Seperti jenis alat tangkap pancing dan alat tangkap jarring, berbeda juga dengan jenis jaring payang dan lainnya,”kata dia.

Husairi menguatarkan, ada beberapa hal kesejahteraan nelayan, dan itu juga tertuang berdasarkan Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) nomor 42 Tahun 2019 tentang Kartu Kusuka, bahwa pelaku usaha perikanan dan kelautan diharuskan memiliki kartu tersebut. Karena sebagai legal standing atau bukti kalau dia sebagai pelaku usaha perikanan dan kelautan.

Pelaku usaha perikanan dan kelautan, kata Husairi, sebelumnya didominasi nelayan perikanan tangkap dan itu juga dikembangkan termasuk perikanan pemasaran (pedagang ikan), perikanan pengelolaan atau perikanan budidaya dan juga petambak garam.

“Jadi ada lima kategori yang masuk dalam pelaku usaha perikanan dan kelautan. Artinya, dari hulu ke hilir semua steakholder dijadikan satu melalui Kartu Kusuka tersebut,”ungkap Ketua DPC HNSI Kota Bandarlampung ini.

Dia menambahkan, untuk mendapatkan Kartu Kusuka ini, prinsipnya bisa dilakukan secara perorangan. Ketika nelayan itu bisa membuka website KKP, maka bisa mendaftar langsung melalui website tersebut.

“Intinya mudah nelayan bisa mendapatkan Kartu Kusuka ini, akan tetapi tergantung SDM nya juga. HNSI sebagai wadah organisasi berbasis sosial kemasyarakatan dari nelayan, mendorong dan memfasilitasi untuk mendaftarkan nelayan melalui pendampingan HNSI dan penyuluh perikanan dari Dinas KKP Kabupaten/Kota,”terangnya. (Met)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.