Melihat Uniknya Kerajinan Miniatur Kapal Pinisi Bambu Karya Warga Suak Lamsel

by -1355 Views
Dody Hardiansyah (27), warga Dusun Buatan, Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan saat sedang mengerjakan satu miniatur kapal pinisi dengan memasang pernak-pernik kapal. (Foto: Slamet)

SIDOMULYO–Karya seni para pengrajin di Indonesia, merupakan salah satu yang terbaik dan unik di dunia. Salah satunya adalah Dody Hardiansyah (27), warga Dusun Buatan, Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan yang membuat kerajinan miniatur kapal pinisi dari bahan baku bambu.

Saat lampungterkini.com berkunjung ke rumahnya, Dody tengah mengerjakan satu miniatur kapal pinisi ukuran besar dengan memasang pernak-pernik kapal. Proses pembuatan miniatur tersebut, bahan baku yang digunakan jenis bambu hitam atau bambu petung yang sudah tua.

Alat yang digunakan juga terbilang sederhana, seperti gergaji, golok, pisau cutter, lem alteco, tali nylon, bor kecil serta alat semprot (spray gun) untuk pelapis bambu dengan pernis.

Pengerjaan kerajinan miniatur kapal pinisi tersebut dilakukan bapak satu anak ini sendiri,  mulai dari mencari bahan bambu, memotong dan membelah bambu, perendaman sampai merakit hasil akhir.

Karya Dody patut diajungi jempol, ketika melihat minitur kapal pinisi buatan Dody. Mata dibuat takjub, dengan detail Dody merakit pernak-pernik kapal mulai dari dek kapal, tiang layar hingga layarnya, pagar disekeliling kapal bahkan sampai ukuran anak tangga kecil sekalipun.

Sembari merakit miniatur kapal pinisi dari bambu dan memasang pernak-pernik kelengkapan miniatur kapal, kepada teraslampung.com Dody Hardiansyah mengatakan, miniatur kapal yang sedang dibuatnya, berukuran besar dengan panjang 130 Cm, lebar 20 Cm dan tinggi 80 Cm.

Kerajinan miniatur kapal pinisi dari bahan baku bambu karya Dody (Foto: Slamet)

“Pembuatan miniatur kapal pinisi yang masih saya buat ini, baru sekitar 40 persen. Karena ini ukurannya besar, jadi untuk selesai pembuatannya mamakan waktu dua minggu sekaligus finising  pelapisan pernis,”kata Dody kepada lampungterkini.com sembari merakit miniatur kapal, Selasa (21/1/2020).

Supaya lebih tahan lama atau tidak mudah bubukan, kata pria kelahiran 1993 ini, miniatur kapal pinisi dari bambu dilapisi air pupuk terlebih dulu meski sebelumnya sudah direndam dengan air pupuk dan obat. Sedangkan jenis bambu yang digunakan, jenis bambu hitam atau bambu petung.

“Untuk finishing, miniatur kapal ini saya lapisi dengan pernis. Tujuannya, agar permukaan bambu supaya lebih tahan lama dan mengkilap. Selain itu juga, agar tetap menjaga keaslian warna bambu seperti aslinya,”ujarnya.

Bambu tersebut, lanjut Dody, dipotong berukuran satu ruas bamboo dan dibelah menjadi beberapa bagian. Setelah itu, dimasukkan ke dalam tong/drum berisi air lalu diberi pupuk urea serta obat insektisida regent. Proses perendamannya, selama dua hari dua malam lalu dijemur diterik matahari selama satu hari baru bisa digunakan.

“Kita kasih pupuk urea pada bambu ini, supaya tambah kuat dan tidak gampang putus saat proses penipisan bambu. Kalau obat insektisida regent, yakni untuk menghindari agar bambu tidak mudah bubukan,”ucapnya.

Dody merendam bambu yang sudah dipotong dan dibelah berukuran kecil sebelum dirakit menjadi miniatur kapal pinisi. (Foto: Slamet)

Selanjutnya, bambu dibuat sayatan untuk body miniatur kapal, layar dan asesoris serta pernik lainnya. Namun yang agak rumit, membuat asesorisnya dan bagian pernak-pernik kapal lainnya.

“Kalau buat satu miniatur kapal ukuran kecil, waktunya tiga hari sudah selesai. Untuk ukuran sedang, bisa satu minggu bahkan lebih dan ukuran besar dibutuhkan waktu dua minggu,”kata bapak satu anak ini.

Sementara modal yang dibutuhkan untuk membeli semua bahannya Rp 100-200 ribu, dan untuk harganya setelah jadi Dody membandrol mulai dari harga Rp 150 ribu hingga Rp 700 ribu.

“Mengenai harga tergantung dari berapa banyak bahan yang digunakan, lalu tingkat kesulitan pembuatannya karena semakin rumit pembuatannya akan mahal harganya,”ungkapnya.

Dody mengaku, ia merasa kesulitan saat perakitan untuk membuat detail perlengkapan miniturnya. Sebab saat membuat detail miniatur yang kecil, seringkali terhambat oleh lem perekat yang ia gunakan.

“Tangan sering kena lem perekat, jadi bentuknya susah. Kalau kesulitan lainnya, saat menentukan model yang mau dibuatnya itu mas,”kata dia lagi

Dody juga mengatakan, sebelumnya ada 14 unit miniatur yang sudah ia buat yakni 10 minitur kapal pinisi, dua miniatur rumah adat minang (gadang) dan sepeda. Ia juga mengakui, sempat menemui kendala pemasarannya. Beruntung hasil kerajinan miniatur bambu karyanya itu, laku terjual semua dengan harga bervariasi mulai dari harga Rp 150 ribu hingga Rp 700 ribu.

“Tadinya bingung mau saya pasarkan kemana 14 miniatur itu, akhirnya paman saya yang coba bantu untuk memasarkan dan alhamdulillah laku terjual. Dipasarkannya, di wilayah Lampung Selatan, Bandarlampung dan belum lama ini dari Jakarta. Selain paman saya yang pasarkan, Pak Kades saya juga ikut membantu memasarkan hasil kerajinan saya,”pungkasnya. (Met/Z4s)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.