Ditangan Warga Suak ini, Miniatur Kapal Pinisi Bambu Bernilai Ekonomi Hingga Diminati Wisata Asing

by -1293 Views
Dody Hardiansyah (27), warga Dusun Buatan, Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan menunjukan miniatur kapal pinisi dari bambu hasil karyanya. (Foto: Slamet)

SIDOMULYO— Pohon bambu  yang selama ini identik dengan bahan baku pembuatan rumah ataupun bangunan, dan banyak menilai bambu tidak memiliki nilai ekonomi. Ditangan Dody Hardiansyah pria kelahiran 1993 warga Dusun Buatan, Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan ini, memanfaatkan bambu dibuat kerajinan miniatur unik dan hasilnya mengagumkan hingga diminati warga asing.

Siapa yang menyangka bakat seni yang dimiliki bapak satu anak yang kesehariannya berjualan ikan keliling di desanya tersebut, datang berkat bakat alami dan dipelajarinya secara otodidak. Berawal dari itulah, Dody membuat kerajinan miniatur kapal pinisi dari bahan bambu.

Berbekal tekad dan kemauannya itulah, meski bermodalkan bambu dan alat yang digunakan terbilang sederhana seperti gergaji, golok, pisau cutter, tali nylon dan lem perekat alteco. Dody mencoba mendaowload beberapa picture kapal pinisi dari gawai pintar (smartphone) miliknya, untuk dijadikan sebagai contoh miniatur agar hasil karyanya memiliki nilai jual.

Meski belum lama menekuni kerajinan itu, hasil kerajinan miniatur yang dibuat Dody menarik banyak perhatian. Dari hasil karya pertamanya itu ada 14 aneka miniatur yang sudah dibuatnya, 10 minitur kapal pinisi, dua rumah adat minang (gadang) dan dua miniatur sepeda. Semua itu, sudah terjual dengan harga bervariasi mulai dari harga Rp 150 ribu hingga Rp 700 ribu.

Wisatawan asing asal Australia saat melihat kerajinan miniatur bambu karya Dody Hardiansyah di Dusun Buatan, Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan beberpa waktu lalu. (Foto: Slamet)

Dody menuturkan, belum lama ia mencoba membuat kerajinan miniatur kapal pinisi bambu. Ide awal membuat miniatur kapal ini, karena ingin mencoba mengasah bakat alaminya dengan mencoba memanfaatkan bahan bumbu yang banyak di temui di tempat tinggalnya dijadikan sebagai bahan kerajinan yang selama ini dirasa belum maksimal pemanfaatannya.

“Ya dari situlah mas, awal mulanya saya mencoba mempelajari membuat kerajinan miniatur ini dari bahan baku bambu,”ujarnya kepada lampungterkini.com, Selasa (21/1/2020).

Setelah dipelajari, Kata Dody, ia mencoba membuat miniatur kapal pinisi meski hanya belajar secara otodidak, ia berusaha meluangkan waktunya selepas pulang dari berjualan ikan keliling dengan membuat kerajinan miniatur tersebut agar hasil kerajinannya lku untuk dipasarkan dan memiliki nilai jual.

“Baru tiga bulan saya buat kerajinan miniatur kapal ini, dan saya belajar otodidak saja. Supaya lebih bagus bentuknya, saat itu saya lihat di youtube karena memang saya tidak tau seperti apa bentuk kapal pinisi itu,”ucapnya.

Dikatakannya, hasil kerajinan miniatur kapal pinisi tersebut, pemesannya dari seputar wilayah Lampung Selatan dan ada juga di Bandarlampung. Belum lama ini, ada juga pemesannya dari daerah Jakarta.

Bahkan sekitar dua minggu lalu, kata Dody, kerajinan miniatur kapal pinisi bambu hasil karyanya itu, diminati oleh wisatawan asal Negara Australia yang saat itu para wisatawan asing tersebut sedang berlibur dan berwisata serta menginap di Vila Suak Sumatera Resort milik Mr Greg.

“Ada enam wisatawan asal Australia yang datang kerumah saya bersama pengelola vila, mereka ingin melihat langsung kerajinan miniatur yang saya buat dan wisatawan asing itu bilang kalau kerajinan yang saya buat bagus dan unik,”kata bapak satu anak ini.

Tidak hanya itu saja, lanjut Dody, wisatawan asing asal Negara Australia itu, langsung membeli dua minitur kapal pinisi yang sudah selesai dibuatnya sebagai cinderamata untuk dibawa pulang ke negaranya. Bahkan, mereka juga memesan lagi untuk dibuatkan miniatur kapal pinisi dengan ukuran yang sama.

“Wisatawan asing itu, minta dibuatkan lagi satu niniatur kapal pinisi. Untuk bentuk kapal pinisi yang dipesannya, katanya mau dikirimkan memalui photo ke pengelola vila. Nantinya, pesenan itu, mau diambil sama Mr Greg selaku pemilik villa saat datang ke Indonesia,”ungkapnya.

Dody saat sedang merakit miniatur kapal pinisi dengan memasang pernak-pernik kapal. (Foto: Slamet)

Menurutnya, kerajinan yang dibuatnya tidak hanya miniatur kapal pinisi saja, ia juga membuat miniatur rumah adat minang (gadang) dan sepeda. Dody mengaku, menggunakan bahan baku bambu hitam atau bambu petung untuk membuat kerajinan miniature karena mudah dibentuk, kualitas dan sifatnya bagus serta dapat bertahan lama.

“Bambu yang saya dijadikan bahan miniatur kapal pinisi, harus bambu yang sudah tua. Hasil kerajinan miniatur yang saya buat ini, tidak diberi pewarna (cat) tapi saya beri pelapis pernis agar kemurnian warna bambu tetap terjaga seperti aslinya,”terangnya.

Project kedepan, kata Dody, ia berkeinginan membuat kerajinan miniatur jenis lainnya, seperti gelas (muk/cangkir), lalu sendok dan garpu dari bahan batok kelapa dan juga membuat lapik (nampan) dari bahan bamboo serta beberapa kerajinan lainnya.

“Suka buat kerajinan, sejak saya masih sekolah di SMK Yaditama dulu mas. Begitu lulus sekolah tahun 2013, saya bekerja di Bandarlampung sebagai Satpam di Bank Lampung dan saya jalani selama satu tahun. Begitu berhenti bekerja lalu saya menikah dan punya satu anak inilah, saya mencoba membuat kerajinan meski hanya otodidak,”tandasnya.

Sementara Kepala Desa Suak, Juli Wahydudin saat ditemui lampung terkini.com menuturkan, bangga ada salah satu warga kami seperti Dody, memiliki kreativitas membuat kerajinan miniatur kapal pinisi dengan memanfaatkan bahan bambu yang tadinya dipandang tidak ada nilai ekonominya ternyata memiliki nilai jual tinggi.

“Sebagai Kepala Desa pastinya bangga, ada warga yang punya kreativitas seperti  Dody bisa mengolah bambu menjadi kerajinan miniatur kapal pinisi yang unik dan memiliki nilai ekonomi. Kerajinan seperti ini, perlu dikembangkan dan dikenalkan untuk lebih luas lagi,”ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya di Balai Desa Suak.

Dikatakannya, pihaknya akan memberikan pembinaan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk anak-anak muda warganya tersebut, yang memiliki kreatifitas atau inovasi-inovasi lainnya.

Juli mengatakan, hasil kerajinan karya Dody tersebut, pemesannya tidak hanya dari Lampung Selatan ini saja, melainkan juga dari luar daerah. Bahkan sekitar dua minggu lalu, kata dia, ada beberapa wisatawan asal Australia yang saat itu berwisata dan menginap di Vila Suak Sumatera Resot ingin melihat langsung proses pembuatan miniatur kapal pinisi bambu karya Dody tersebut.

“Saya ikut mendampingi saat wisatawan asing itu berkunjung di rumah Dody, ada enam wisatawan asing yang datang. Karena dilihatnya unik, sebuah bambu bisa menghasilkan kerajinan yang luar biasa mereka (wisatawan asing) itu langsung membelinya,”kata Kades yang beberapa bulan lalu ini baru dilantik.

Menurutnya, sebelumnya atau sekitar beberapa bulan lalu, pernah ada acara bersama Dinas Kehutanan (Dishut) Privinsi Lampung. Kemudian ia mencoba membawa kerajinan miniatur kapal pinisi tersebut, untuk dipromosikan kepada orang-orang yang ada Dinas Kehutanan.

“Ada empat miniatur kapal pinisi yang saat itu saya bawake Dishut Provinsi, alhamdulilah mereka tertarik dan langsung membelinya untuk dipajang di kantornya,”ungkapnya.

Juli menambahkan, dengan adanya kreatifitas warga seperti ini, pihaknya berharap kepada Pemerintah daerah melalui instansi terkait agar kiranya adanya perhatian serta dukungan, supaya lebih berkembang luas lagi dengan harapan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.

“Harapannya, hasil kreativitas atau inovasi-inovasi warga yang muncul ada perhatian dan dukungan dari pemerintah  daerah agar tidak hilang begitu saja,”pungkasnya. (Met/Z4s).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.