Penggilingan Gabah Mobile “Grandong” Sangat Membantu dan Dibutuhkan Masyarakat

by -306 Views
Suratman alias Temon (kiri) dan rekan kerjanya, Aping saat sedang memproses gabah menjadi beras menggunakan kendaraan mesin penggilingan padi “Grandong” (angkutan) atau Ledok.

LAMPUNG SELATAN-Zaman modern sekarang ini, memang identik serba cepat dan praktis dan itu tidak hanya dilakukan masyarakat kota saja tapi juga masyarakat di pedesaan. Sejumlah desa di Kecamatan Sidomulyo, Candipuro dan lainnya di Kabupaten Lampung Selatan, sudah banyak bermunculan usaha jasa penggilingan padi secara mobile yang menjemput ke rumah-rumah warga dan mengantarkannya sudah dalam bentuk beras.

Usaha jasa penggilingan padi secara mobile itu, masyarakat pada umumnya menyebut kendaraan itu dengan sebutan “Grandong” (angkutan) atau disebut juga Ledok. Kendaraan tersebut, dirancang hasil modifikasi rangka besi atau sasis kendaraan mobil bekas yang memilki pedal kopling, pedal rem dan gas ditarik menggunakan persneling. Kontruksi Grandong tersebut, hasil kreativitas masyarakat desa yang memadukan teknologi sederhana dan barang bekas untuk menghasilkan kendaraan bermesin.

Jika mendengar namanya memang sangat menyeramkan, tapi Grandong ini bukanlah mahluk dedemit seperti pada film kolosal Misteri Gunung Merapi yang merupakan anak dari Mak Lampir. Tapi Grandong yang dimaksud ini, sebuah kendaraan yang mengangkut mesin penggilingan padi yang digerakkan mesin diesel dengan kekuatan 20 hingga 30 PK sebagai alat angkutan.

Dengan adanya kendaraan jasa penggilingan padi “Grandong” tersebut, saat ini masyarakat tidak harus bersusah payah membawa karung-karung berisi gabah atau padi ke penggilingan padi rumahan (pabrik) yang mayoritas jaraknya relatif jauh.

Pada Minggu (29/12/2019) sore lalu di salah satu desa di Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan yakni Desa Cintamulya, keadaan cuaca di desa itu diselimuti awan mendung. lampungterkini.com memergoki dua orang pekerja yang menggunakan kendaraan penggilingan padi keliling dengan sebutan “Grandong” sedang memproses gabah atau padi menjadi beras milik warga setempat.

“Masyarakat yang ingin menggiling gabahnya, kami siap melayaninya baik itu puluhan, ratusan bahkan ribuan kilogram ataupun dalam jumlah sedikitpun meski hanya beberapa kilogram saja tetap akan kami layani,”kata salah seorang pekerja jasa penggilingan gabah “Grandong” bernama Suratman alias Temon (31) kepada lampungterkini.com.

Temon mengatakan, kendaraan penggilingan padi keliling dengan sebutan “Grandong” yang ia jalankan ini, milik Ariswan (45), warga Dusun Ringin Agung II, Desa Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo. Pekerjaan sebagai jasa penggilingan padi ini, sudah dilakoninya sekitar satu tahun.

“Saya hanya kerja saja mas, kalau mesinnya punya pak Ariswan atu Iis. Sistem upah kerjanya persentase, untuk saya 30 persen ditambah dengan biaya harian Rp 25 ribu dan pemiliknya 70 persen. Upahnya itu, biasa saya ambil setiap satu minggu sekali sebesar Rp 500 ribu,”ujarnya.

Menurutnya, pemilik jasa penggilingan gabah “Grandong” di wilayah Kecamatan Sidomulyo, ada sekitar 7 orang dan hanya ia saja yang kelilingnya lumayan jauh di wilayah Kecamatan Candipuro. Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Candipuro, ada 3 pemilik jasa penggilingan padi “Grandong” tersebut.

Setiap hari, ia bersama temannya melayani jasa penggilingan gabah keliling ke desa-desa di Kecamatan Candipuro yakni Desa Cintamulya, Banyumas dan Beringin Kencana. Bahkan, ia juga keliling sampai ke pelosok desa lainnya.

“Mulai berangkat kerja keliling jam 07.00 WIB, dan pulangnya sekitar jam 16.00 WIB tapi terkadang itu juga tidak pasti tinggal banyak yang giling atau tidak. Kalau banyak, bisa sampai malem pulangnya, ”kata bapak satu orang anak ini.

Ketika ditanya mengenai tarif jasa penggilingan jika warga menggiling padinya, Temon mengatakan, ongkosnya relatif murah dan pastinya terjangkau oleh masyarakat.

“Untuk satu ember ini isinya 20 Kg beras, jadi upahnya tiga canting atau sekitar 1 Kg beras. Kalau 100 Kg beras atau 1 kwintal, upah atau ongkos gilingnya 15 Kg. Kalau di rupiahkan, padi jenis IR64 Rp 9.000/1 Kg dan padi jenis muncul Rp 8.000/1Kg,”ungkapnya.

Bagi warga yang sudah menjadi pelanggan, kata Temon, cukup menghubungi melalui SMS atau telepon ke nomor yang sudah dipasang di pintu kendaraan. Nantinya, gabah yang akan digiling, akan dijemput di alamat rumah lalu diproses menjadi beras dan diantarkan kembali sudah dalam bentuk beras.

“Kalau warga yang sudah langganan dan mau menggiling gabahnya, biasanya telepon dan menanyakan kapan rute jalan ke tempat mereka. Alhamdulilah, sudah mulai banyak langganannya. Hampir rata-rata setiap harinya ada 5-10 orang yang menggiling. Masanya rame yang giling gabah, saat musim panen dan jelang lebaran,”jelasnya.

Dikatakannya, selama bekerja menjalankan mesin penggilingan padi keliling, kendala yang dialaminya saat datang hujan dan mesin tiba-tiba rewel (ngadat), karena mesin sudah pasti tidak bisa dijalankan.

“Kendala lainnya, kalau di wilayah itu ada orang yang punya pabrik penggilingan padi. Tidak boleh saya melayani warga yang mau giling gabahnya, saya disuruh keliling ke tempat lainnya,”pungkasnya.

Kendaraan jasa penggilingan padi “Grandong” ini memang dibutuhkan banyak masyarakat pedesaan, karena melayani antar jemput gabah yang akan digiling dan mengantarkan ke alamat rumah penggilling sudah dalam bentuk beras.

Meski kendaraan tersebut dirakit sendiri tanpa ada standarisasi, tapi mempermudah pekerjaan dan bisa melaju serta terjangkau bagi warga desa sehingga Grandong sulit tergantikan. Bahkan hampir seluruh warga pedesaan, lebih memilih menggunakan jasa Grandong dengan alasan terjangkau dari segala lini dan khususnya mengenai harga jasa penggilingan.

Menurut Sujudi (47), salah seorang warga Cintamulya, Kecamatan Candipuro ini menuturkan, mengenai kualitas beras hasil penggilingan padi Grandong ini bagus, berasnya bersih dari dedak (bekatul) dan juga menir (beras lembut).

“Hasil gilingan berasnya bagus. Sudah lama saya langganan giling gabah sama Grandong dari Sidomulyo ini, karena Grandong ini setiap hari rutenya masuk ke desa Cintamulya ini,”ucapnya.

Jasa penggilingan gabah “Grandong” ini, kata Sujudi, memang dinanti dan disukai oleh masyarakat Desa Cintamulya. Selain proses penggilingannya dilakukan secara alami, upahnya terbilang murah dan juga tidak menggunakan bahan kimia pemutih beras yang membahayakan kesehatan.

“Adanya Grandong, masyarakat pedesaan seperti saya ini merasa terbantu karena tidak repot-repot lagi bawa gabah ke pabrik yang jaraknya cukup lumayan jauh. Tinggal tunggu di rumah saja, Grandong sudah pasti datang,”ungkap bapak empat orang anak ini.

Menurutnya, jasa penggilingan gabah “Grandong” di Kecamatan Candipuro, jumlahnya tidaklah banyak. Namun hampir setiap hari, Grandong ini hilir mudik di desanya untuk melayani jasa penggilingan gabah bahkan di desa lainnya juga. (Z4s)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.